Suatu hari, Nobita menemukan boneka beruang tua yang diberikan oleh mendiang neneknya. Nobita kemudian memutuskan untuk kembali ke masa lalu untuk menemui neneknya.
Nobita yang sudah berumur 7 tahun menemui sang nenek, dan mencoba mengabulkan permintaan darinya. Mulai dari melihat Nobita bersekolah, hingga melihat pernikahan dari Nobita. Tak ingin melihat sang nenek sedih, Nobita dan Doraemon mencoba berkelana menjelajah ruang dan waktu demi permintaan terakhir tersebut.
Baca juga: “June & Kopi”, kisah hangat persahabatan manusia dan anjing
Namun, perjalanan keduanya ternyata tak berjalan lancar. Nobita dan Doraemon harus melalui banyak rintangan, termasuk kehadiran si Nobita Dewasa dari masa depan, yang juga tengah menghadapi masalah diri dan kehidupannya, dan mencoba kabur ke masa kecilnya.
Disutradarai dan ditulis oleh Ryuichi Yagi dan Takashi Yamazaki, “Stand by Me Doraemon 2” memiliki alur cerita yang didasari dari film “Doraemon: Obāchan no Omoide (Doraemon: A Grandmother’s Recollections)” dan “Doraemon: Boku no Umareta Hi (Doraemon: The Day When I Was Born)” yang rilis 21 tahun lalu.
Film “Doraemon: A Grandmother’s Recollections” sendiri berdasarkan pada salah satu bab dari komik (manga) Doraemon volume keempat. Alur maju-mundur yang ditampilkan di “Stand by Me Doraemon 2” pun merupakan gabungan berbagai bab komiknya dan menjadi sebuah kisah yang berkesinambungan.
“Stand by Me Doraemon 2” sendiri dibuka dengan pemandangan kehidupan masa depan Nobita dan kawan-kawan, di mana mereka sudah menjadi pria dan wanita dewasa. Adegan awal menyebutkan bahwa Nobita akan menikahi teman masa kecilnya, Shizuka, di mana kisah cinta pertama mereka sudah pernah disinggung sebelumnya baik di komik maupun film animasinya dulu.
Baca juga: “White Tiger”, “underdog” yang menentukan takdirnya sendiri
Dari adegan tersebut, penonton diajak ke masa kini — di mana Nobita masih anak-anak. Alur bergerak maju-mundur, dan mungkin audiens merasa bingung untuk merajut kisahnya. Namun, perlahan, penonton bisa mengikuti ritme dari perjalanan dua orang Nobita ini dan menikmati perjalanannya.
Serial manga dan anime “Doraemon” yang sudah eksis sejak 50 tahun yang lalu ini memang lekat dengan kehangatan para tokohnya. Namun, di film terbarunya kali ini, sang protagonis harus menyelamatkan dirinya dengan “bercermin” dan berdamai dengan kekurangan yang masih ia miliki, bahkan ketika ia telah dewasa.
Hal ini membuat para penonton — yang tumbuh bersama Nobita — merasa semakin dekat dengan tokoh ikonis ini. Mulai dari merasa rentan, hingga cemas tentang masa depan, menjadi masalah yang tentu saja dialami mereka yang akan memulai kehidupan barunya.
Terlepas dari kendala yang dia hadapi, penonton akhirnya bisa melihat bahwa sumber keberanian Nobita adalah cintanya pada Shizuka. Karena itu, dia bersedia menghadapi rintangan yang sangat besar, tapi itu juga alasan mengapa dia memiliki rasa insecure sejak awal.
Baca juga: “Wonder Woman 1984” ungkap pentingnya kejujuran
Perasaannya terhadap Shizuka adalah inti emosional dari film tersebut, baik sebagai seorang anak maupun orang dewasa — dan emosi itu tergambarkan dengan apik dengan perpaduan animasi, akting, dan musik yang cantik.
Kehadiran teman-teman Nobita seperti Gian, Suneo, hingga Dekisugi pun menjadi percikan nostalgia hangat bagi para penggemar serial ini.
Doraemon, sebagai sahabat Nobita sejak kecil juga terus menjadi pendukung yang baik tanpa menutupi perjuangan Nobita menghadapi masalahnya ketika dewasa.
Meski lebih serius, banyak dialog dan tingkah keduanya yang tetap menggemaskan untuk disaksikan, bahkan hingga waktu terus bergulir.
Baca juga: “Bad Boys for Life”, film laga-komedi duo polisi
Rasanya menyenangkan sekaligus mengharukan bisa melihat hubungan Nobita dengan tokoh-tokoh terdekatnya. Tak hanya kawan-kawan masa kecilnya, hubungan keluarga Nobi juga menjadi kisah spesial tersendiri di film ini.
Mulai dari bagaimana rasa sayang sang nenek untuk Nobita kecil, hingga bagaimana ibu dan ayah Nobita begitu menyayangi anak semata wayangnya dengan cara masing-masing.
Salah satu hal teknis menarik, ketika Nobita dan Doraemon berada di masa dan cerita tentang keluarga, banyak memadukan palet warna bumi (earthy) yang didominasi dengan warna cokelat, krem, dan hijau.
Penggunaan teknik ini bisa dibilang selain menghasilkan visual yang cantik, juga mampu menggugah keikutsertaan dan menimbulkan emosi yang dekat dengan penonton, serta kesan nostalgia yang kuat.
Maka, tak mengherankan jika film ini masuk nominasi di kategori Best Animations / Animation of the Year pada ajang Penghargaan Film Akademi Jepang (Japan Academy Film Prize/Nippon Akademii-shou) 2021, bersaing dengan sejumlah film anime populer lainnya termasuk “Violet Evergarden: The Movie”, “Josee to Tora to Sakanatachi”, “Entotsu Machi no Puperu”, dan “Demon Slayer: Mugen Train”.
“Stand by Me Doraemon 2” akan tayang di jaringan bioskop Indonesia dengan berbagai protokol kesehatan ketat mulai 19 Februari 2021, dengan rating Semua Umur. Jadi, film ini dapat menjadi tontonan yang menarik dan hangat bagi keluarga.
Baca juga: “Imperfect”, sebuah refleksi untuk mencintai diri
Tak lupa, untuk merayakan pernikahan Nobita dan Shizuka, dalam screening yang dihadiri ANTARA beberapa waktu lalu, terdapat sejumlah serba-serbi nan lucu di bioskop.
Salah satunya adalah tulisan selamat dari para penggemar atas hari bahagia sejoli ini, yang menjadi spot foto favorit para penonton. Wah, jangan lupa untuk membawa pernak-pernik “Doraemon” ketika berfoto, ya!
Baca juga: Resensi Film – Membayangkan dunia tanpa The Beatles dalam “Yesterday”
Baca juga: “Crawl”, teror aligator di tengah badai mematikan
Baca juga: “Toy Story 4”, nostalgia dan petualangan tanpa akhir
Oleh Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Ida Nurcahyani
COPYRIGHT © ANTARA 2021
Sumber : https://www.antaranews.com/berita/2003897/stand-by-me-doraemon-2-petualangan-nobita-menjelajahi-waktu
Written by: Bens Radio
Post comments (0)